PIER Universitas Paramadina

Pier Paramadina dan KAS Jerman Gelar Pelatihan Demokrasi Ke Sekolah


Medan (Waspada) : Paramadina Institute for Education Reform (PIER) Universitas Paramadina Jakarta bekerjasama dengan Konrad Adenauer Stiftung (KAS) Jerman, mengadakan pelatihan guru untuk pendidikan demokrasi di sekolah. kegiatan ini bertujaun untuk melatih guru agar agar memperbaiki dirinya secara terus menerus dan Mandiri.

 

Penasehat PIER, Mohammad Abduhzen, Selasa (20/8), kegiatan ini melibatkan para guru di beberapa sekolah di Kota Medan dan kegiatannya berlangsung selama tiga hari dimulai dari 20-22 Agustus di Hotel Emerald Garden Medan. Abduh mengatakan, kegiatan ini konsen pada upaya reformasi dan perbaruan pendidikan termasuk pendidikan nilai-nilai demokrasi di sekolah.

Katanya, PIER dan KAS Jerman sendiri sudah melangsungkan pelatihan lebih dari 50 kali di berbagai daerah dan untuk SUMUT, ini sudah kali kedua dibuat pelatihan pendidikan demokrasi. Abduh mengatakan, PIER sering mengkritisi pemerintah terkait berbagai kebijakan pendidikan yang dipandang kurang tepat dan menyampaikan ide-ide baik tentang sekolah.

Katanya, ada beberapa ide yang ditawarkan PIER ke pemerintah termasuk ide skolah gratis dan model pembelajaran dialogis. "Kami ingin para guru yang kami latih mengembangkan pembelajaran dialogis di sekolah, agar para siswa terbiasa beda berpendapat dan ada perdebatan-perdebatan yang mencerdaskan. Jadi murid akan terbiasa mengekspresikan apa yang dia pikirkan, sehingga ia akan terus berpikir," katanya.

Menurut Abduh berdasarkan hasil riset, 30 persen kualitas pendidikan itu ditentukan oleh guru. Sementara guru-guru di Indonesia kualitasnya masih rendah dan berdasarkan hasil riset uji kompetensi guru yang dilakukan Kementrian, nilainnya masih di bawah 5.

Menurut Abduh, upaya pemerintah meningkatkan kualitas guru dengan tunjangan sertifikasi dinilai belum berhasil dan hal itu sudah dikeluhkan Kementrian Keuangan karena uang dikeluarkan dalam jumlah yang sangat besar itu tidak sebanding dengan kualitas guru yang mengajar.

"Itu terjadi karena pemerintah tidak intervensi langsung ke guru-guru dan pemerintah masih berhenti dipemetaan saja, tapi eksekusinya lemah," tegasnya. (Crds) 

 


0 Komentar

Tulis Komentar