PIER Universitas Paramadina

Cerita Eka Ede, Guru SMA Kristen Mercusuar Kupang Mengikuti Pelatihan Guru untuk Pendidikan Demokras


Oleh: Eka Prasetia Para Ede*

(Pendidik di SMA Kristen Mercusuar kupang)

 Mediator. Giovanni. Dalam kegiatan hari pertama "Pelatihan Guru untuk Pendidikan Demokrasi” (16/6/2021) yang diselenggarakan Paramadina Institute for Education Reform (PIER), tiga orang pemateri menyampaikan penjelasan mengenai demokrasi. Danang Binuko, sebagai pemateri pertama mengawali materi dengan tema, “Memahami Demokrasi Pancasila”. Ia menjelaskan bahwa pada hakikatnya demokrasi lahir dari kebudayaan bangsa Indonesia seperti nilai gotong royong, bermusyawarah dalam kegiatan adat baik itu perkawinan dsb. Oleh karena itu untuk memahami demokrasi perlu adanya dialog yang dibangun bersama, karena demokrasi bukan hanya sekedar teori saja.

Setelah materi “Memahami Demokrasi Pancasila”, giliran Mohammad Abduhzen sebagai pemateri yang kedua. Ia membantu peserta untuk merumuskan tiga hal yang diharapkan dan tiga hal lainya yang tidak diharapkan dari pelatihan Pendidikan Demokrasi. 

Pastinya untuk mencapai hal-hal yang diinginkan perlu ada kesepakatan dan kerja sama dari fasilitator selaku pelaksana dan guru sebagai peserta untuk mencapai hal yang diinginkan, seperti yang dikatakan oleh pak Vriji, (peserta pelatihan)  yang diinginkan dari pelatihan yakni, “menambah wawasan dan pengetahuan tentang Pendidikan Demokrasi, mendapat pengalaman baru dan teman, mendapat metode yang menarik untuk diterapkan dalam pembelajaran. Sedangkan tiga hal lainya yang tidak diharapkan yakni materi yang monoton, tugas yang banyak dan waktu istirahat yang kurang”. 

Sementara itu pada materi berikutnya yakni tentang “Memahami Konsep Demokrasi,” Djayadi Hana mengawalinya dengan sebuah permainan guna mengingat kembali peristiwa demokrasi yang dialami untuk memahami konsep dari demokrasi. Sehingga ditemukan bawah perbedaan merupakan  hal yang positif dari berdemokrasi dalam arti saling melengkapi. Tentunya dalam perbedaan perlu adanya kedudukan yang sama untuk mengemukakan pendapat yang tentunya dikontrol dengan aturan main yang tepat.

Materi penutup di hari pertama pelatihan dibawakan oleh bapak Mohammad abduhzen. Ia merumuskan secara bersama-sama konsep dari demokrasi dan menceritakan peristiwa yang demokratis dan tidak demokratis yang pernah dialami di lingkungan sekitar. Melalui refleksi pengalaman tentang demokrasi, didapati bahwa demokrasi yang dijalankan belum sepenuhnya memahami konsep kebebasan yang terkontrol dalam musyawarah dengan menjujung keadilan.

Hal menarik dari pelatihan ini adalah penyampaian materi yang tidak teoritis, di mana para peserta duduk diam dan hanya mendengarkan materi oleh pemateri. Namun dalam kegiatan ini peserta diajak untuk aktif menemukan prinsip demokrasi melalui beberapa games dan tantangan  yang mengutamakan  dialog yang aktif dari peserta pelatihan. Sehinga materi yang didapat bukan teoritis belaka tetapi praktek untuk mengalami dan menggali pengalaman untuk memahami demokrasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran mengenai demokrasi dengan cara demokratis mengutamakan kedaulatan, musyawarah, aturan main dan kontrol dalam berdialog.

Pelatihan ini memberi kesan yang mendalam bagi para guru sebagai agen yang berperan menyiapkan masa depan anak bangsa. Di mana peserta didik pada hakekatnya memiliki pengetahuan yang dapat dikembangkan sesuai dengan pengalamannya dengan mengutamakan kebebasan yang terkontrol melalui dialog. Melalui dialog guru bertindak sebagai fasilitator yang  mengarahkan peserta didik untuk mengalami suatu peristiwa dan dapat mengembangkan diri sesuai tujuan pembelajaran. 

  

Tentang Penulis

Eka Prasetia Para Ede, lahir di Kupang 23 Mei 1999. Alumni S1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di Universitas Nusa Cendana Kupang. Saat ini penulis tinggal di Kupang. Ia adalah seorang pendidik di SMA Kristen Mercusuar kupang yang juga aktif sebagai atlet basket NTT. Pembaca dapat lebih dengan penulis lewat akun sosial media Instagram @paraede.ek.


0 Komentar

Tulis Komentar